top of page

Falconry

Falconry adalah suatu bentuk olah-raga kuno di mana falconer (sebutan untuk orang yang melakukan falconry) melakukan kegiatan berburu binatang liar menggunakan bantuan burung pemangsa (Burung Hantu atau Elang). Perburuan di sini adalah perburuan dengan menggunakan asas alamiah, di mana burung pemangsa yang digunakan sebagai teman berburu (partner) dan mangsa yang diburu merupakan hubungan antara pemangsa dan mangsa yang ada di habitat mereka. 
Mengenai kapan awal mula falconry dilakukan, penelitian telah menjelaskan bahwa olahraga ini bermula pada abad pertengahan di mana orang-orang masih harus berburu untuk mendapatkan bahan makanan dan mereka belum menemukan senjata yang sangat efektif untuk berburu. Ketika mereka melihat burung pemangsa sangat handal dalam berburu, mereka akhirnya memiliki ide untuk menangkap burung pemangsa liar dan kemudian melatihnya untuk digunakan sebagai teman berburu mereka.  Di Timur Tengah (Arab) dan Asia Timur (China, Mongolia, Jepang, dan Korea) falconry sangat melegenda karena memang dari sanalah asal olahraga kuno ini. 
Pada perkembangan selanjutnya budaya falconry juga dibawa ke Eropa dan menjadi sebuah simbol kejayaan para penguasa besar dunia pada masa kerajaan zaman dahulu. Selain itu, falconry juga merupakan sebagai sebuah simbol kebangsawanan yang mengacu kepada strata sosial pada masa kerajaan. 
Namun, ketika ditemukannya senjata api, popularitas falconry di kalangan para bangsawan juga mulai berkurang. Burung pemangsa tidak lagi dipakai sebagai teman berburu karena senjata api lebih mudah digunakan di dalam berburu, di mana tidak membutuhkan perawatan yang sulit. Tetapi untunglah masih ada beberapa orang yang melestarikan olahraga kuno tersebut hingga kini. 
Pada zaman sekarang, bentuk kegiatan falconry masih sama seperti aslinya meskipun fungsi dan peralatan yang dipakai telah banyak berubah. Falconry bukan semata-mata sebagai cara untuk mendapatkan bahan makanan namun juga dapat digunakan sebagai cara untuk melakukan pengamanan bandara (pemberantasan hama), di mana burung pemangsa digunakan untuk mengusir burung-burung liar yang mencari makan di sekitar landasan pacu pesawat. Hal ini dikarenakan burung-burung liar tersebut mengancam keselamatan para penumpang pesawat. Sekecil apapun burung yang terhisap masuk ke dalam mesin jet pesawat akan menyebabkan mesin jet tersebut rusak dan pesawat dapat mengalami kecelakaan. Penggunaan falconry untuk mengatasi masalah ini sangat efektif karena burung pemangsa yang dipakai adalah pemangsa alami burung-burung liar tersebut. Sehingga burung-burung liar tersebut akan segera pergi bila mengetahui kedatangan burung pemangsa yang telah terlatih. Selain efektif, cara sederhana ini lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan alat pengusir buatan, seperti contohnya sebuah audio sistem yang dapat mengeluarkan suara burung yang sedang terganggu, di mana hanya beberapa burung saja yang terusir. Jadi, falconry dapat juga digunakan sebagai Avian Control System yang sangat efektif dan dengan biaya yang relatif murah. 
Fungsi lain falconry yang tak kalah penting adalah sebagai metode untuk menangkarkan burung pemangsa. Sebagai variabel utama yang harus ada di dalam melakukan falconry, burung pemangsa tidak bisa selamanya didapatkan dengan cara menangkap dari alam. Jikalau terus menerus diambil dari alam, hal ini akan berdampak buruk terhadap populasi mereka, sehingga ide penangkaran secara intensif dilakukan. Penangkaran tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan falconer akan burung pemangsa untuk dapat melakukan falconry tetapi juga untuk meningkatkan jumlah populasi burung yang telah mengalami penurunan jumlah di alam karena faktor lain, khususnya karena penggunaan DDT, sebuah obat anti hama tanaman yang menyebabkan penipisan cangkang telur sehingga telur-telur burung pemangsa tidak dapat menetas dengan baik. Salah satu cerita sukses yang ada adalah usaha peningkatan jumlah Alap-alap Kawah atau Peregrine Falcon dengan program pembiakan secara intensif  yang dilakukan oleh para falconer di Amerika. Sekarang ini, pemerintah Amerika telah merubah status Peregrine Falcon dari terancam punah menjadi stabil karena mereka tidak lagi terancam punah. Semua ini berkat usaha keras para falconer Amerika yang telah berhasil menangkarkan mereka. Peregrine Falcon adalah salah satu spesies burung pemangsa yang sangat handal untuk dijadikan teman berburu, sehingga sangatlah disayangkan jika para falconer harus kehilangan spesies burung tersebut. 
Masih sangat banyak fungsi falconry yang lainnya, namun fungsi-fungsi falconry seperti di atas diharapkan untuk dapat direalisasikan dengan populernya olah-raga ini di Indonesia, terutama fungsi falconry sebagai metode penangkaran burung  pemangsa. Hal ini mengingat banyaknya spesies burung pemangsa di Indonesia yang sangat terancam punah. Semoga dengan adanya penghargaan yang lebih terhadap burung pemangsa, mereka tidak akan cepat punah karena faktor perburuan liar dan perusakan habitat. Yang perlu ditegaskan di sini bukan hanya karena mereka sangat penting untuk falconry, tetapi lebih mengacu pada fakta bahwa mereka adalah kunci keseimbangan suatu ekosistem, sebagai peringkat satu di dalam suatu rantai makanan.
Penggunaan falconry pada zaman sekarang (secara lebih detail):
1. Hunting/ pure falconry (Murni untuk berburu)
Kegiatan ini merupakan inti dari falconry dan bisa dikatakan sebagai tujuan paling utama dari setiap falconer. Dengan menjadikan burung pemangsa sebagai partner berburu, maka pemilihan burung pun tidak bisa dilakukan dengan serta merta dan harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain, tipe lingkungan berburu, mangsa apa yang tersedia, dan lain-lain. Setiap spesies burung pemangsa memiliki tipikal habitat dan cara berburu yang berbeda, maka pilihan harus tepat dan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan di atas. 
2. ex-situ Breeding (pengembangbiakan secara buatan)
Breeding atau pengembangbiakkan secara buatan ini bertujuan untuk meregenerasi burung pemangsa dan tidak ada batasan spesies burung yang akan dikembangbiakkan. Tetapi program ini lebih dikhususkan untuk spesies burung pemangsa yang populasinya sangat terancam punah, dalam hal ini salah satunya adalah Nisaetus bartelsi atau Javan Hawk Eagle/ Elang Jawa. Di dalam program breeding ini, burung pemangsa yang telah terlatih merupakan modal utama sebagai calon indukan. Dengan pelatihan yang telah diberikan, burung-burung tersebut tidak lagi seliar sebelumnya sehingga bisa dikembangbiakkan secara buatan. Target ke depannya, kegiatan falconry hanya akan menggunakan burung pemangsa hasil dari breeding, bukan dari tangkapan dari alam. Selain itu, akan dilakukan pelepasanliaran hasil breeding ke alam untuk mendukung jumlah populasi mereka di alam, di samping adanya usaha untuk menjaga habitat mereka supaya tetap kondusif untuk mereka berkembangbiak.
3. Rehab and Release Program (program rehabilitasi dan pelepasliaran)
Di dalam kegiatan ini, fungsi falconry adalah sebagai metode yang dipergunakan untuk melakukan proses rehabilitasi burung pemangsa liar yang kategorinya dapat dilepasliarkan kembali. Sehingga ketika waktunya tiba, burung pemangsa tersebut dapat kembali hidup dan berkembang-biak di alam.
4. Education (Edukasi)
Merupakan kegiatan yang melengkapi falconry, di mana kegiatan edukasi terdiri dari pengenalan burung pemangsa kepada masyarakat, demo terbang, dll. Dalam melakukan kegiatan ini sangat dibutuhkan burung yang terlatih dan memiliki karakter yang baik sehingga masyarakat dapat melakukan pengamatan secara lebih dekat. Mereka dapat mengenal burung pemangsa secara lebih detail sehingga mereka lebih mengerti peran mereka di alam.
5. Pest control (Penggunaan falconry untuk pemberantasan hama) 
Kegiatan falconry dapat juga digunakan untuk melakukan pemberantasan hama karena falconry menggunakan asas alamiah. Sebagai contohnya, kita bisa melakukan ‘airport patrol’ atau patroli bandara, di mana di luar negri cara ini telah terbukti sangat efektif di dalam mengusir burung-burung liar di sekitar landasan pacu pesawat. Burung-burung liar tersebut sangatlah berbahaya jikalau terhisap masuk ke dalam mesin jet pesawat karena dapat menyebabkan kecelakaan.

© 2023 by Farhan Verza Ghiffary. Proudly created with Wix.com

  • google-plus-square
  • Twitter Square
  • facebook-square
bottom of page